Rekan-rekan Jobtreq melapangkan jalan kami menempuh proses scouting anak-anak muda yang dijajaki untuk menjadi bagian dari tim kecil OrcaFilms. Saat ini kehadiran Office Manager, Secretary, dan tambahan seorang Researcher/Interviewer sangat dibutuhkan di Orca Headquarter. Juga aktor dan aktris muda talented yang memiliki sensitivitas dan inteligensia memadai, serta tidak sinetronis. Selain itu OrcaFilms memperoleh assignment dari Metanewsroom untuk melakukan ”fit and proper test” para kandidat presenter program tv Persona dan How To Be.
Mencari Office Manager, Secretary, dan Researcher sesuai standar keinginan ternyata lebih ruwet dari yang dibayangkan. Mayoritas kandidat tidak berbahasa Inggris memadai, ada yang mengaku hobi membaca tapi tidak ingat satupun judul buku yang dibacanya, ada yang bersedia ditugaskan dalam tim yang melakukan produksi di perbukitan Dlingo yang tandus selama sebulan tapi minta ditemani pacarnya.
Hingga saat ini posisi Office Manager dan Secretary masih kosong. Tapi Dwi Fitria Sari yang sarjana hukum dari Universitas Atma Jaya serta Ranika Ayu Mayang Diwari yang lulus dari Ilmu Administrasi Negara UGM dengan indeks prestasi 3.59 memperlihatkan potensi yang layak dipertimbangkan, dan layak diberi kesempatan sebagai Researcher/Interviewer.
Aditya Novika dan Miranda Putri 5 - 9 Juni 2007 memantau screentest serta mewawancarai para kandidat aktor-aktris dan presenter. Untuk presenter pada fase pertama mereka melakukan presenting program dari opening, deskripsi, hingga closing sepanjang lima menit. Lolos dari sini kandidat memasuki fase interview di mana ia menentukan tema sendiri, kemudian berpartner dengan Vika, Putri, atau Theo Christanto sebagai interviewee mereka.
Dwi Fitria Sari yang sangat mengidolakan Oprah Winfrey mengusung tema AIDS serta trafiking dan Vika berperan sebagai wanita malang itu. Dian Syafriani, lulusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia yang memiliki vokal yang khas, memilih tema wanita korban gempa, sementara Edyar Prasaputra Utama, alumnus Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, berusaha tampil seperti Rosianna Silalahi, presenter berita pujaan hatinya, dengan menempatkan Theo sebagai Agung Laksono yang ”dipaksa” membahas hak interpelasi DPR.
Vika melayangkan pujian pada Edyar. ”Setelah sekian hari akhirnya ada yang betul-betul layak!” serunya sumringah. Menurut Vika, Edyar menguasai materi yang dibawakannya, menampilkan body moving yang tidak sia-sia, kata demi kata sangat terpilih, informatif sekaligus deskriptif, dan diucapkannya dengan mulus.
Melihat puji-pujian itu Putri menuliskan pesan pada Vika, ”Nggak punya pacar lho bo.”
Untuk aktor dan aktris kami tidak mengenal metode casting yang menuntut calon menangis meraung-raung atau menjadi orang gila. Kandidat disodori empat pilihan adegan yang difokuskan pada dialog intensif antar-dua orang dan akan dibawakan secara improvisasi. Misalnya pengakuan seorang suami pada istrinya bahwa ia memiliki affair atau harapan seorang kekasih pada pasangannya untuk tidak meninggalkannya saat orangtua mereka tidak lagi mentolerir perbedaan di antara mereka. Kandidat aktor akan berhadapan dengan Vika yang pernah dibesut Deddy Mizwar dan Rano Karno, para aktris head to head dengan Theo yang aktor Teater Garasi.
Sebagian besar kandidat nervous. Tapi sebagian lainnya mampu mengatasinya, malah ada yang sanggup membalikkan suasana menjadi menyegarkan. Bambang Priambodo misalnya, menunjukkan spontanitas yang mampu mengimbangi keunggulan teknik yang dimiliki Vika. ”For a first-timer, he doesn’t show nervousness at all,” tulis Putri. Laki-laki Pekalongan ini juga memamerkan keahliannya menirukan suara Donald Duck. Mudah-mudahan kelak OrcaFilms dipercaya DreamWorks mengerjakan sequel Shrek, Mbang.
Sementara Lilik Dina Lestari yang sempat ”diragukan” justru tampil tanpa beban dan memaksa mereka yang menyaksikan tak sanggup menahan tawa. Dalam report-nya Vika dan Putri menulis jujur, ”Lucu banget!!”. Pada tahap interview jawaban gadis Pacitan yang jujur, serius, dan lugas itupun membuat tertawa.
”Berapa fee yang Mbak Dina bayangkan kalau Mbak kami ajak main film?” tanya Putri.
”Rata-rata UMR Jogja,” jawab Dina. ”Enamratus-dualima Mbak ya?”
Red.